Penghormatankepada orang yagn lebih tua tidak didasarkan : 1. Karena mereka saleh. 2. Karena mereka pandai 3 Karena mereka pemimpin 4. Karena mereka kaya 5 karena mereka terpandang/. Penghormatan kepada orang yang lebih tua, karena Tuhan memerintahkannya. Apalagi kalau orang yagn lebih tua itu adalah pemimpin rohani kita, atau dulu orang yang KemudianNabi Muhammad SAW menjawabnya, "Iya, akan selalu ada bentuk dan cara kita untuk berbakti kepada orang tua. Cara tersebut yaitu dengan selalu mendoakan mereka, meminta ampunan untuk kedua orang tua, memenuhi janji yang sudah mereka bicarakan sebelum meninggal, serta menjalin hubungan kekerabatan yang baik dengan keluarga dari kedua Inilahbagaimana cara menghormati orang tua menurut kristen dan ulasan lain mengenai hal-hal yang masih ada kaitannya dengan bagaimana cara menghormati orang tua Kedua orang tua dalam sebuah keluarga adalah sebagai guru bagi anak-anaknya dalam keluarganya sebelum memasuki dunia pendidikan orang tua yang pertama kali yang memberikan mereka Fast Money. - Sebagai seorang anak wajib menghormati orang tua yang sudah membesarkan dan menghidupi kita. Menghormati orang tua, menjadi cara menuju ke surga kelak. Menurut ajaran agam Islam, ada lima amalan yang harus dilakukan saat memuliakan orang tua. Berikut daftarnya, seperti dikutip dari Dalam Islam. Bertutur kata yang baik Menurut hadis Abu Dawud No. 5139, anak wajib bertutur kata yang baik kepada orang tua. Berikut hadits-nya Baca Juga Sederet Amalan Selama Puasa Sebelum Idul Adha 2023, Amalkan Agar Mendapat Berkah "Hendaklah kamu berbuat baik kepada ibumu kemudian ibumu sekali lagi ibumu kemudian bapakmu kemudian orang yang terdekat dan yang terdekat." Ilustrasi anak dan orangtuanya. ShutterstockMendoakan Amalan ini menjelaskan bahwa doa sang anak akan menjadi kebahagiaan untuk orang tua-nya. Dengan berdoa, akan mendatangkan kebaikan, sebagaimana yang disebut lewat Surat Al-Isra ayat 24 Wakhfid lahumaa janaahaz zulli minar rahmati wa qur Rabbir hamhumaa kamaa rabbayaanii saghiira. Artinya Baca Juga 4 Larangan Umat Muslim yang Sumbangkan Hewan Kurban Idul Adha 2023, Nomor 2 Wajib Dipatuhi Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." Posted on 27/03/2022 In QnA Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio Leave a comment “Tidak taat” adalah kata yang sering dilontarkan bahkan dengan kasar oleh orang tua kepada anaknya yang menurut perspektif orang tua, si anak melawan mereka. Kata yang sering dilontarkan ini didasarkan pada konsep yang salah tentang menghormati orang tua di mana menghormati orang tua identik dengan menaati orang tua dan selalu menganggap orang tua dan pandangannya pasti benar bahkan melebihi Allah. Bahkan beberapa orang tua “Kristen” mengutip ayat Alkitab di Keluaran 2012, “Hormatilah ayahmu dan ibumu” sebagai ayat favorit untuk mengindoktrinasi anak-anak mereka. Apa definisi yang benar dari menghormati orang tua dan aplikasinya menurut Alkitab? Definisi Orang Tua Menurut Alkitab Sebelum merenungkan menghormati orang tua, kita perlu memahami siapakah orang tua menurut Alkitab. Di poin pertama, kita belajar bahwa menurut Alkitab, orang tua bukan Allah. Artinya orang tua adalah salah satu otoritas yang Allah berikan kepada manusia. Di Keluaran 2012, Allah berfirman kepada umat Israel untuk menghormati orang tua. Menariknya, kalau kita memperhatikan sepuluh perintah Allah, perintah kelima yaitu ayat 12 merupakan perintah pertama dari relasi antar sesama manusia dan perintah pertama dari relasi antar sesama manusia ini hanya dijelaskan di 1 ayat, sedangkan menyembah Allah dijelaskan mulai dari perintah 1-4 ay. 3-11. Ini merupakan indikasi bahwa di dalam memberi perintah-Nya, Ia menempatkan diri-Nya sebagai yang terutama, baru setelah itu manusia dalam hal ini orang tua. Manusia yang disebut pertama kali oleh Allah adalah orang tua. Ini berarti Allah memberi otoritas kepada orang tua untuk dihormati. Apa artinya? John Durham menafsirkan bahwa orang tua adalah alat Allah John I. Durham, Exodus, 291. Sebagai alat Allah, orang tua harus memimpin anak-anak mereka bukan untuk menyembah dan mengasihi orang tua, tetapi menyembah dan mengasihi Allah Ul. 64-5. Di PB, Paulus juga mengajar konsep yang sama yaitu anak-anak harus menaati orang tua “di dalam Tuhan” Ef. 61. Karena orang tua bukan Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang tua merupakan manusia berdosa yang bisa salah baik dalam berkata maupun bertindak. Kesalahan ini bisa terjadi karena mereka mungkin kurang taat pada firman Allah. Oleh karena itu, berhentilah menjadi orang tua yang selalu melabeli anaknya “suka membantah” ketika anak berbeda pendapat dengan orang tua. Membantah tidak sama dengan berbeda pendapat. Anak dapat disebut membantah orang tua ketika orang tua memberi nasihat yang bijaksana, Alkitabiah, benar, dan logis, kemudian anaknya tidak peduli dengan nasihat tersebut bahkan sengaja melakukan apa yang bertentangan dengan nasihat tersebut tanpa alasan yang logis. Namun ketika orang tua memberi nasihat kepada anaknya tentang sesuatu entah dengan alasan maupun tanpa alasan dan anaknya tidak menyetujui nasihat itu dengan alasan yang logis lebih logis dari alasan orang tua, maka ketidaksetujuan si anak tidak dapat dikategorikan sebagai “membantah,” tetapi tidak setuju. Meskipun bisa bersalah dalam berkata maupun bertindak, Alkitab menjelaskan bahwa orang tua diberi mandat oleh Allah sebagai hamba sekaligus wakil-Nya. Apa artinya? Di Mazmur 1273, Firman Tuhan mengajar kita bahwa anak adalah pemberian Allah dan otomatis milik-Nya. Karena anak adalah milik Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang tua adalah hamba Allah yang “tidak mempunyai hak kepemilikan terhadap anak-anak mereka” R. Paul Stevens, Spiritualitas yang Membumi, 46. Meskipun bukan milik mereka, Allah mempercayakan otoritas kepada orang tua sebagai alat atau wakil-Nya yang mempertanggungjawabkan milik-Nya. Beberapa orang tua “Kristen” juga memahami bahwa diri mereka adalah wakil Allah, namun mereka memahami wakil Allah identik dengan Allah di mana semua keinginan mereka harus ditaati mutlak sama seperti menaati firman Allah. Paul David Tripp mengingatkan, “Otoritas yang Anda miliki adalah otoritas sebagai wakil Allah. Wakil Allah tidak memiliki otoritas kepada dan dari dirinya sendiri. Ia punya otoritas hanya karena ia merepresentasikan seorang Raja yang punya otoritas” Paul David Tripp, Bijak Menjadi Orang Tua, 131. Bagaimana cara orang tua menjadi wakil Allah? Pertama, orang tua berperan sebagai perantara yang “membawa anak-anak kepada Allah” yaitu memimpin anak-anak untuk menyembah dan mengasihi Allah lebih dari mengasihi orang tuanya Ul. 64-7 Stevens, Spiritualitas yang Membumi, 47. Selain itu, orang tua juga memimpin anak-anak untuk menggenapkan rencana Allah di dalam kehidupan anak-anak. Tripp mengingatkan kita kembali, “Pengasuhan yang merupakan tugas orang tua sebagai wakil Allah bukanlah dibentuk dan diarahkan oleh minat pribadi, kebutuhan pribadi, dan perspektif budaya. Setiap orang tua diutus untuk melakukan kehendak Allah dalam kehidupan anak-anak mereka. Artinya, dalam bentuk nyata, mengasuh bukan apa yang kita inginkan bagi dan dari anak-anak kita, tetapi apa yang Allah rencanakan dalam anugerah melalui kita kepada anak-anak kita” Tripp, Bijak Menjadi Orang Tua, 12. Dengan kata lain, orang tua diberi mandat oleh Allah untuk mendidik anak-anak mereka untuk percaya kepada Allah, mengasihi-Nya, dan menggenapkan panggilan dan kehendak-Nya bukan kehendak orang tua di dalam kehidupan anak-anak. Cara Menghormati Orang Tua Menurut Alkitab Definisi yang tepat tentang siapa orang tua menurut Alkitab mendorong kita menghormati orang tua dengan tepat menurut Alkitab. Cara menghormati orang tua yang tepat menurut Alkitab, yaitu Pertama, tunduk mutlak kepada firman Allah dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Sebagai komunitas umat Allah, anak harus tunduk mutlak kepada firman-Nya dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Mengapa hal ini penting? Karena tips terpenting menghormati/menaati otoritas yang Allah berikan didahului dengan ketaatan mutlak kepada Allah yang memberi otoritas tersebut. Ketaatan mutlak ini mendorong kita menguji perkataan/tindakan orang tua kepada kita. Ketika kita menguji, kita perlu memohon pimpinan Roh Kudus untuk memahami firman-Nya sekaligus bijaksana bersikap terhadao perkataan atau tindakan orang tua. Kedua, menganggap orang tua kita adalah otoritas yang Allah berikan, namun terbatas. Di satu sisi, orang tua sebagai pemegang otoritas dari Allah memiliki kedudukan yang setara dengan otoritas lainnya seperti guru, bos, polisi, dll, namun tentu saja Allah memberi otoritas khusus kepada orang tua untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya setiap waktu di mana tugas ini tidak dapat dilakukan oleh guru/dosen apalagi polisi. Meskipun Allah sudah memberi otoritas kepada orang tua, otoritas tersebut terbatas dalam arti anak boleh tidak menaati orang tua. Dalam hal apa kita sebagai anak boleh tidak menaati orang tua? Kita akan membahasnya di bagian terakhir. Ketiga, bersedia menaati perkataan atau tindakan orang tua yang benar secara Alkitabiah dan logis, namun siap menolak untuk taat jika perkataan atau tindakan orang tua melawan Alkitab dan tidak logis. Meskipun orang tua bisa salah, namun jangan lebay, lalu menganggap semua yang mereka katakan atau lakukan itu salah semua. Ketika ada perkataan atau tindakan mereka yang benar, kita sebagai anak harus rendah hati mengakui bahwa itu benar. Setelah itu, kita uji lagi, apakah perkataan atau tindakan mereka yang benar itu benar-benar penting atau tidak. Jangan asal benar, lalu ditaati. Kalau yang mereka katakan atau lakukan kepada kita itu benar dan benar-benar penting, kita harus belajar menaatinya, meskipun sulit. Kalau yang mereka katakan atau lakukan kepada kita benar, tapi tidak benar-benar penting, kita boleh sesekali menaati dan sesekali tidak menaati. Namun jika perkataan atau tindakan orang tua benar-benar salah, maka kita harus berani menolak, tetapi penolakan kita bukanlah penolakan yang kasar dan meremehkan, sebaliknya penolakan kita bisa kita lakukan dengan diam mendengar dan tidak melakukan atau hanya berkata “tidak”. Semuanya tergantung karakter orang tua kita. Bagaimana cara kita menguji perkataan atau tindakan orang tua kita? Pertama, Alkitab prinsip-prinsipnya. Kedua, tanya mbah Google atau buku/artikel ilmiah atau/dan tanyakan kepada ahlinya. Misalnya, ketika orang tua menasihati kita untuk berhati-hati secara ekstrem paranoid terhadap bahaya Covid-19, kita harus mengujinya dengan membandingkannya dengan prinsip Alkitab bertanggung jawab dan tidak terlalu kuatir dan buku-buku atau artikel ilmiah di Google atau/dan bertanya kepada teman/saudara atau sesama jemaat yang berprofesi sebagai dokter tentang Covid-19 dan bahayanya. Keempat, bersikap sopan kepada orang tua. Karena orang tua adalah otoritas yang Allah berikan, namun terbatas, maka Alkitab mengajar kita untuk bersikap sopan terhadap orang tua yang ditandai dengan tidak memandang rendah, memukul, dan mengutuk mereka Kel. 2115, 17; Im. 209; Ul. 2716; Ams. 2020. Kelima, siap menanggung biaya hidup orang tua kita semampu kita. Salah satu cara menghormati orang tua adalah seperti tradisi Yahudi yaitu memberi dukungan keuangan bagi orang tua yang sudah lanjut usia Mat. 154-6. Namun tentu saja menanggung biaya hidup orang tua disesuai dengan kemampuan keuangan kita. Keenam, berkomitmen untuk mengajar dan mengingatkan diri kita sendiri sebagai anak untuk tidak mengulangi perkataan/tindakan orang tua kita yang salah kepada anak kita kelak. Ketika orang tua kita terlalu memanjakan kita, maka mungkin sekali kita akan terpengaruh memanjakan anak kita kelak, tetapi mintalah Roh Kudus mengingatkan dan mengajar kita untuk menghentikan itu karena sikap demikian tidak Alkitabiah. Allah yang mengasihi umat-Nya bukan Allah yang memberi apa pun yang mereka minta, tetapi memberi apa yang mereka perlu untuk memuliakan Allah. Batasan Menghormati Orang Tua Menurut Alkitab Meskipun Alkitab mengajar tentang pentingnya menghormati orang tua, Alkitab mengajar kita bahwa anak boleh tidak menaati orang tua ketika Pertama, orang tua melawan firman Allah. Di Efesus 61, Paulus mengajar anak untuk menaati orang tua “di dalam Tuhan.” Mengapa Paulus mengajar hal ini? Di dalam kebudayaan Yunani-Romawi yang menjadi latar belakang penerima surat Efesus, anak wajib mengasihi, menghormati, menafkahi, menguburkan, dan memuliakan orang tua setelah kematian Frank Thielman, Ephesians, 396. Bahkan orang tua harus dihormati sebagai dewa duniawi Andrew T. Lincoln, Ephesians, 401. Dengan konteks inilah, Paulus mengadopsi kebudayaan Yunani-Romawi tentang pentingnya anak menghormati orang tua, namun bedanya dengan Kekristenan adalah “di dalam Tuhan.” Artinya anak dan orang tua sama-sama anggota komunitas kovenan di dalam Kristus, sehingga anak menghormati orang tua dalam batasan yang jelas yaitu firman Kristus yang mengontrol orang tua dan anak S. M. Baugh, Ephesians, 505. Kedua, si anak masih belum menikah. Ketika si anak masih single atau belum menikah, maka ia wajib menghormati bahkan menaati orang tua selama orang tua tersebut memimpinnya menaati firman-Nya. Namun ketika si anak sudah menikah, maka ia tetap menghormati orang tua hanya sebatas tidak membentak atau mengutuk mereka tanpa harus menaati semua nasihat orang tua. Inilah yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama lain. Mengapa ada pemisahan seperti ini? Alkitab sendiri ngajarin kita secara konsisten bahwa laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya Kej. 224; Mat. 195; Ef. 531. Apa artinya “meninggalkan”? Apakah laki-laki yang menikah harus pisah rumah dengan orang tuanya? Belum tentu meskipun saya sarankan lebih baik pisah rumah. Alasannya di dalam pernikahan Israel, pengantin pria tetap tinggal di atau dekat rumah orang tuanya, sedangkan pengantrin wanita yang meninggalkan rumah untuk bergabung dengan suaminya. Oleh karena itu, Gordon J. Wenham menafsirkan “meninggalkan” di sini merujuk pd prioritas. Sebelum menikah, pria akan memprioritaskan orang tuanya, namun setelah menikah, ia akan lebih memprioritaskan istrinya Gordon J. Wenham, Genesis 1-15, 70. Konsep ini juga diajarkan Paulus di mana ia mengajarkan dua macam otoritas yang Allah berikan di dalam keluarga yaitu suami-istri Ef. 522-33 dan anak-orang tua 61-4. Ini berarti otoritas suami berbeda dengan otoritas orang tua. Meskipun si suami merupakan anak dari orang tua, suami tetap harus menjalankan perannya sebagai suami bagi istri yang mengasihi dan terikat dengan istri 525, 31. Alkitab dengan tegas mengajarkan Allah adalah otoritas mutlak dalam hidup orang Kristen dan Ia memberi otoritas lainnya kepada manusia, yaitu orang tua, pendeta/hamba Tuhan, guru atau dosen, polisi, hakim, dll, namun ingatlah otoritas-otoritas tersebut adalah otoritas turunan dari Allah, bukan otoritas mutlak. Oleh karena itu, tempatkan Allah di tempat yang tepat yaitu terutama dalam hidup kita dan orang tua di tempat kedua di bawah Allah. Amin. Photo by 𝔥𝔦𝔩𝔩𝔞𝔯𝔶 𝔭𝔢𝔯𝔞𝔩𝔱𝔞 on Unsplash TORONTO - Partai konservatif yang berkuasa di provinsi New Brunswick, Kanada, pekan ini membuat perubahan peraturan untuk sekolah-sekolah dalam upaya mereka untuk mengakui peran orang tua yang lebih besar dalam pertanyaan-pertanyaan seputar identitas gender. Sayangnya kebijakan ini, menghadapi penolakan dari dalam partai mereka sendiri. Kebijakan sebelumnya, yang berlaku sejak tahun 2020, memerintahkan guru harus menghormati nama dan kata ganti gender yang dipilih oleh semua anak, berapa pun usianya. Selain itu, siswa harus diberitahu oleh orang tuanya. Menteri Pendidikan Provinsi New Brunswick, Kanada Bill Hogan mengumumkan perubahan pada kebijakan tersebut, pada Kamis 8/6/2023. Ia akan menerapkan mulai 1 Juli mendatang. Anak-anak di bawah 16 tahun harus memiliki izin orang tua untuk mengubah nama dan kata ganti gender mereka di sekolah. Perubahan lain pada kebijakan tersebut adalah siswa berpartisipasi dalam kegiatan yang konsisten dengan identitas gender mereka. Ada juga persyaratan baru bahwa kamar kecil yang netral gender harus bersifat pribadi. Pemimpin kelompok Konservatif Progresif New Brunswick, Blaine Higgs, mengatakan perubahan kebijakan tersebut lebih mengakui peran orang tua. Tetapi ia segera mendapat tentangan dari partainya sendiri ketika delapan anggota parlemen, termasuk enam anggota Kabinet, menolak kebijakan ini. Dalam sebuah pernyataan bersama, kedelapan anggota parlemen tersebut mengatakan bahwa mereka mengungkapkan kekecewaan yang sangat besar atas kurangnya proses dan transparansi kebijakan tersebut. Jika para anggota parlemen tersebut menarik dukungan mereka untuknya, Higgs mengatakan ada kemungkinan akan ada pemilu dini. Sebelumnya Perdana Menteri Justin Trudeau, yang menghadiri acara LGBTQ+ di Toronto pada Kamis, menentang langkah tersebut. "Saat ini anak-anak yang memilih transgender di New Brunswick diberitahu bahwa mereka tidak memiliki hak untuk menjadi diri mereka yang sebenarnya, bahwa mereka perlu meminta izin orang tua," katanya. "Anak-anak trans perlu merasa aman, tidak menjadi sasaran para politisi," ujar Trudeau. Debat di New Brunswick mencerminkan debat serupa yang diadakan di Amerika Serikat, di mana hal ini telah menjadi isu budaya antara dua partai utama menjelang pemilihan presiden 2024. Wilayah Indiana telah memberlakukan undang-undang yang mewajibkan guru untuk memberi tahu orang tua, ketika siswa meminta untuk dipanggil dengan nama baru atau kata ganti gender yang berbeda. Sementara di North Dakota telah menyetujui undang-undang yang memperbolehkan guru sekolah negeri dan pegawai negeri untuk mengabaikan permintaan untuk menggunakan kata ganti gender yang diinginkan oleh seorang transgender. sumber Reuters

cara menghormati orang tua dalam kristen